Kali ini PakMantri akan menjelaskan
tentang gangguan kecemasan. Gangguan kecemasan juga dikenal dengan istilah
ansietas atau dalam bahasa inggris disebut Anxiety Disorders.
Kecemasan / Ansietas
Definisi
Kecemasan atau ansietas merupakan
reaksi emosional terhadap stressor yang subyektif dipengaruhi oleh alam bawah
sadar dan tidak diketahui secara khusus penyebabnya. Kecemasan menggambarkan
keadaan khawatir, gelisah yang tak menentu, tidak tenteram, kadang disertai
berbagai keluhan fisik.
Menurut Herdman (2017), dalam
bukunya NANDA-1 Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi disebutkan bahwa
kecemasan merupakan perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai
respons otonom, perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.
Sumber kecemasan sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu.
Kecemasan sering timbul ketika tubuh
tidak mampu mengantisipasi terhadap stressor, antara lain: biopsikososial, ketidaknyamanan,
rasa takut, trauma, ancaman bahaya bahkan kondisi medis yang diketahui atau
tidak diketahui. (lihat penjelasan pada Etiologi dan Pathofisiologi)
Rentang Respons Kecemasan
Rentang respons kecemasan dapat dikelompokkan dalam 4 kategori, yaitu cemas ringan, cemas sedang, cemas berat dan panik. Semakin maladaptif seseorang maka semakin parah pula kecemasan yang akan dialami, lihatlah pada ilustrasi dibawah ini:
Etiologi
Penyebab gangguan ini biasanya
disebabkan oleh interaksi pada aspek-aspek biopsikososial termasuk genetik
dengan beberapa situasi, stres atau trauma yang merupakan stressor. Faktor
genetik secara signifikan mempengaruhi risiko banyak gangguan kecemasan. Faktor
lingkungan seperti trauma anak usia dini juga dapat berkontribusi terhadap
risiko gangguan kecemasan di kemudian hari. Perdebatan apakah gen atau
lingkungan merupakan hal utama dalam gangguan kecemasan telah berkembang
menjadi pemahaman yang lebih baik tentang peran penting interaksi antara gen
dan lingkungan. Beberapa individu tampak tahan terhadap stres, sementara yang
lain rentan terhadap stres, yang memicu gangguan kecemasan.
Sebagian
besar gangguan kecemasan yang muncul adalah gangguan kejiwaan fungsional.
Teori-teori psikologi berkisar dari menjelaskan kecemasan sebagai perpindahan
dari konflik intrapsikis (model psikodinamik) ke paradigma pengkondisian (yang
dipelajari) (model perilaku-kognitif). Banyak dari teori ini menangkap bagian
dari gangguan tersebut.
Teori
psikodinamik menyebutkan bahwa kecemasan akibat dari konflik antara id dan ego.
Perawatan menggunakan eksplorasi dengan tujuan memahami konflik yang
mendasarinya. Teori kognitif telah menjelaskan kecemasan sebagai kecenderungan
untuk melebih-lebihkan potensi bahaya. Pasien dengan gangguan kecemasan
cenderung membayangkan skenario terburuk dan menghindari situasi yang mereka
pikir berbahaya, seperti keramaian, ketinggian, atau interaksi sosial.
Berbagai
teori telah dikembangkan untuk mengetahui asal muasal kesemasan atau ansietas,
antara lain:
Faktor
Predisposisi
- Dilihat dari sudut pandang psikodinamik dan psikoanalitik, ansietas disebabkan konflik emosional antara dua elemen kepribadian yaitu id dan ego, serta diakibatkan trauma (misalnya: perpisahan dan kehilangan yang menimbulkan kelemahan spesifik)
- Dilihat dari sudut pandang interpersonal, ansietas disebabkan oleh perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan hubungan interpersonal.
- Dilihat dari sudut pandang perilaku, segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuannya yang menyebabkan frustasi dapat berakibat terjadinya kecemasan.
- Dilihat dari kajian keluarga juga menunjukkan bahwa gangguan kecemasan merupakan hal yang biasa dijumpai dalam suatu keluarga.
- Dilihat dari kajian biologis, menunjukkan bahwa di dalam otak terdapat reseptor khusus bernama benzodiapine. Saat terjadinya kecemasaan dimungkinkan reseptor tersebut menghambat kinerja asam gamma aminobutric (GABA). Ketika GABA terganggu hasilnya adalah orang tersebut menjadi tegang, cemas dan gelisah.
Faktor
Presipitasi
Stressor
pencetus bersumber dari internal dan eksternal dan dapat dikelompokkan menjadi
2 kategori:
- Ancaman terhadap integritas seseorang terhadap ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas tubuh melakukan aktivitas sehari – hari.
- Ancaman terhadap sistem diri seseorang yang bisa menyebabkan identitas, harga diri dan fungsi sosial terintegrasi oleh seseorang.
Pathofisiologi
Dalam
sistem saraf pusat (CNS), mediator utama dari gejala gangguan kecemasan
tampaknya dipengaruhi oleh norepinefrin, serotonin, dopamin, dan asam
gamma-aminobutyric (GABA). Neurotransmitter dan peptida lain, seperti faktor
pelepas kortikotropin. Secara periferal, sistem saraf otonom, terutama sistem
saraf simpatis, memediasi banyak gejala.
Pemindaian
Positron Emission Tomography (PET) telah menunjukkan peningkatan aliran di
daerah parahippocampal kanan dan mengurangi pengikatan reseptor serotonin tipe
1A di cingulate anterior dan posterior serta raphe pasien dengan gangguan
panik. MRI telah menunjukkan volume lobus temporal yang lebih kecil meskipun
volume hippocampal normal pada pasien ini. CSF dalam penelitian pada manusia
menunjukkan peningkatan kadar orexin, juga dikenal sebagai hypocretin, yang
dianggap memainkan peran penting dalam patogenesis panik pada model tikus.
Tanda Gejala / Manifestasi Klinis
Tanda
gejala yang sering ditemukan pada orang yang mengalami kecemasan antara lain:
- Cemas, khawatir, mempunyai firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung.
- Merasa tegang, tidak tenang, mudah terkejut dan gelisah.
- Takut sendirian, takut berada pada keramaian.
- Gangguan pola tidur, sering bermimpi yang menegangkan.
- Gangguan konsentrasi dan menurunnya daya ingat.
- Keluhan-keluhan somatik, misalnya gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala, rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, dan sebagainya.
Seperti itulah penjelasan singkat
mengenai kecemasan. Jika teman – teman mengalami gejala yang sama dengan
diatas, tetaplah tenang dan temukan sumber stressornya kemudian antisipasi. Gunakan
terapi relaksasi napas dalam untuk memberikan kenyamanan dan agar irama detak
jantung menjadi lebih tenang.
Penulis: Deby Kurniadi
Comments
Post a Comment